Senin, 06 Mei 2013

Aliran-Aliran Psikologi


A.      Hakikat Psikologi
Psikologi berasal dari kata dalam bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dan kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harafiah psikologi diartikan sebagal ilmu jiwa. Istilah psyche atau jiwa masih sulit didefinisikan karena jiwa itu merupakan objek yang bersifat abstrak, sulit dilihat wujudnya, meskipun tidak dapat dipungkiri keberadaannya. Dalam beberapa dasawarsa ini istilah jiwa sudah jarang dipakai dan diganti dengan istilah psikis.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
1.        Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
2.        Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
3.        Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya. Sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun kelompok dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
Dapat diketahui bahwa pengertian psikologi merupakan ilmu tentang tingkah laku. Pada hakekatnya tingkah laku manusia itu sangat luas, semua yang dialami dan dilakukan manusia merupakan tingkah laku. Semenjak bangun tidur sampai tidur kembali manusia dipenuhi oleh berbagai tingkah laku. Dengan demikian objek ilmu psikologi sangat luas. Karena luasnya objek yang dipelajari psikologi, maka dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa bidang, yaitu:
1.        Psikologi Perkembangan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang terdapat pada tiap-tiap tahap perkembangan manusia sepanjang rentang kehidupannya.
2.        Psikologi Pendidikan, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam situasi pendidikan.
3.        Psikologi Sosial, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam berhubungan dengan masyarakat sekitarnya.
4.        Psikologi Industri, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku yang muncul dalam dunia industri dan organisasi.
5.        Psikologi Klinis, yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang sehat dan tidak sehat, normal dan tidak normal, dilihat dari aspek psikisnya.
Pengertian Psikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari bagaimana manusia belajar dalam pendidikan, pengaturan efektifitas intervensi pendidikan, psikologi pengajaran, dan psikologi sosial dari sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering terfokus pada sub kelompok seperti bakat anak-anak dan mereka yang tunduk pada khusus penyandang cacat .
Menurut Muhibbin Syah (2002), pengertian psikologi pendidikan adalah sebuah disiplin psikologi yang menyelidiki masalah psikologis yang terjadi dalam dunia pendidikan. Sedangkan menurut ensiklopedia amerika, Pengertian psikologi pendidikan adalah ilmu yang lebih berprinsip dalam proses pengajaran yang terlibat dengan penemuan-penemuan dan menerapkan prinsip-prinsip dan cara untuk meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
Sedangkan menurut Witherington, Pengertian Psikologi pendidikan adalah  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia.
Tardif (dalam Syah, 1997: 13) juga mengatakan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah sebuah bidang studi yang berhubungan dengan penerapan pengetahuan tentang perilaku manusia untuk usaha-usaha kependidikan.
Dari beberapa pendapat tentang psikologi pendidikan, dapat diambil kesimpulan bahwa Pengertian Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam dunia pendidikan yang meliputi  studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan meningkatkan keefisien di dalam pendidikan.
B.       Aliran Strukturalisme
Menurut Dirgagunarsa (1978) aliran strukturalisme berpendapat bahwa untuk mempelajari gejala kejiwaan, seorang psikolog harus mempelajari isi dan struktur jiwa seseorang. Untuk mengetahui isi dan struktur kejiwaan, kaum strukturalis menggunakan metode instropeksi atau mawas diri, yaitu orang yang menjadi subyek penelitian diminta untuk menceritakan kembali pengalaman-pengalaman atau perasaan-perasaan setelah ia melakukan eksperimen. Misalnya, kepada orang percobaan ditunjukkan sebuah warna atau bentuk, setelah itu diminta untuk mengatakan apakah bentuk itu indah atau tidak indah, menarik atau tidak menarik. Karena metode instropeksi ini, strukturalisme dapat juga disebut psikologi instropeksi (instropective psychologi).

Tokoh utama aliran ini adalah Wilhelm Wundt (1832-1920) di Jerman, yang berpendapat bahwa obyek utama dalam psikologi adalah kesadaran. Menurutnya pengalaman dapat dibagi menjadi dua, yaitu penginderaan (sensation) dan perasaan (feeling). Penginderaan adalah penangkapan terhadap rangsangan dari luar yang dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil. Wundt percaya bahwa elemen terkecil dari penginderaan merupakan elemen terkecil dari pengalaman. Sedangkan perasaan yaitu sesuatu yang dimiliki dalam diri kita yang tidak terlalu dipengaruhi dan tidak merupakan reaksi langsung terhadap rangsangan-rangsangan dari luar. Perasaan oleh Wundt dibedakan dalam tiga pasangan, yaitu:
1.        Lust - unlust atau pleasant – unpleasant (senang – tidak senang).
2.        Erregung – beruhigung atau excitement – calm (bersemangat – tenang).
3.        Spanning – losung atau strain – relaxation (tegang – santai).
Hal lain yang dikemukakan oleh Wundt adalah emosi dan kehendak. Emosi dikemukakan sebagai pengalaman yang kompleks terdiri dari perasaan dan penginderaan tubuh. Sedang kehendak adalah pola emosi yang ditandai oleh adanya perubahanperasaan pada saat melakukan tindakan. Suatu doktrin yang dikemukakan Wundt adalah Prinsip Sinthesis Kreatif (Principle of  Creative Synthesis) atau disebut juga HukumResultan Psikis (The Law of  Psychie Resultant). Doktrin itu berbunyi: “Setiap gejala psikis yang kompleks selalu mempunyai karakteristik dari elemen-elemenya”
Aliran Strukturalis atau Strukturalisme merupakan suatu pendekatan ilmu humanis yang mencoba untuk menganalisis bidang tertentu (misalnya, mitologi) sebagai sistem kompleks yang saling berhubungan. Aliran ini kemudian diterapkan pula pada bidang lain, seperti sosiologi, antropologi, psikologi, psikoanalisis, teori sastra dan arsitektur. Ini menjadikan strukturalisme tidak hanya sebagai sebuah metode, tetapi juga sebuah gerakan intelektual yang datang untuk mengambil alih eksistensialisme di Perancis tahun 1960-an.
Menurut Alison Assiter (dalam Mustiningsih, 2009), ada empat ide umum mengenai strukturalisme sebagai bentuk kecenderungan intelektual, yaitu:
1.        Struktur menentukan posisi setiap elemen dari keseluruhan.
2.        Kaum strukturalis percaya bahwa setiap sistem memiliki struktur.
3.        Kaum strukturalis tertarik pada ‘struktural’ hukum yang berhubungan dengan hidup berdampingan bukan perubahan.
4.        Struktur merupakan ‘hal nyata’ yang terletak di bawah permukaan atau memiliki makna tersirat.
Pendekatan psikologi stukturalisme berasal dari Wilhelm Wundt yang dipelopori di amerika oleh muridnya Edward Bradford Titchener. Perlu ditekankan bahwa psikologi strukturalisme ditemukan oleh Wundt sedangkan Titchener hanyalah satu dari sekian banyak murid yang dimiliki oleh Wundt, tetapi Titchener-lah yang berupaya membawa psikologi Wundt ke amerika dengan mempertahankan konsep aslinya.
Dalam konsep dan sistem ini. Psikologi strukturalisme dari Wundt dan Titchener memiliki 3 tujuan :
1.        Menggambarkan komponen-komponen kesadaran sebagai elemen-elemen dasar.
2.        Menggambarkan kombinasi kesadaran sebagai elemen-elemen dasar tersebut.
3.        Menjelaskan hubungan elemen-elemen kesadaran dengan sistem saraf.
Kesadaran diatas diartikan sebagai pengalaman langsung. Pengalaman langsung yaitu pengalaman sebagaimana hal itu dialami. Hal ini berbeda dengan pengalaman antara. Pengalaman antara, yaitu diwarnai oleh isi yang sudah ada dalam pikiran, seperti asosiasi sebelumnnya dan kondisi emosional serta motivasional seseorang. Dengan demikian, pengalaman langsung diasumsikan tidak dipengaruhi oleh pengalaman antara. Psikologi strukturalisme berupaya mempertahankan integritas psikologi dengan membedakannya dari fisika. Fisika mempelajari dunia fisik atau materi, tanpa merujuk pada manusia dan melalui metode observasional berupa inspeksi yang dikendalikan dengan hati-hati. Psikologi mempelajari dunia, dengan merujuk pada manusia yang mengalami sesuatu, melalui metode observasional berupa introspeksi terkontrol atas isi kesadaran.
Subjek pembahasan yang tepat bagi psikologi struktural adalah proses kesadaran dan bebas dari asosiasi. Sehingga Wundt dan Titchener berpendapat, psikologi harus terbebas dari kekuatan metafisika, pikiran awam dan kepentingan kegunaan atau terapan yang akan merusak intergritasnya.
Sedangkan metode eksperimental yang digunakan untuk memastikan ketepatan analisis isi mental adalah introspeksi. Teknik pelaporan diri ini merupakan pendekatan klasik untuk menggambarkan pengalaman pribadi. Sehingga introspeksi hanya akan dianggap valid jika dilakukan oleh para ilmuwan yang sangat terlatih, bukan oleh pengamat awam.
C.      Aliran Fungsionalisme
Fungsionalisme merupakan sebuah studi tentang operasi mental, mempelajari fungsi-fungsi kesadaran dalam menjembatani antara kebutuhan manusia dan lingkungannya. Fungsionalisme menekankan pada totalitas dalam hubungan pikiran dan perilaku. Dengan demikian, hubungan antar manusia dengan lingkungannya merupakan bentuk manifestasi dari pikiran dan perilaku. Tokoh aliran ini adalah William James (1842-1910) yang melakukan eksperimen-eksperimennya di Amerika Serikat.
Fungsionalisme memandang bahwa pikiran, proses mental, persepsi indrawi, dan emosi adalah adaptasi organisme biologis (Ash-Shadr, 1993:259-260). Drever menyebutkan fungsionalisme (functional Psychology) lebih menekankan pada fungsi-fungsi dan bukan hanya fakta-fakta dari fenomena mental, atau berusaha menafsirkan fenomena mental dalam kaitan dengan peranan yang dimainkannya dalam kehidupan atau suatu psikologi yang mendekati masalah pokok dari sudut pandang yang dinamis bukan statis.
Fungsionalisme juga memandang bahwa psikologi tak cukup hanya mempersoalkan apa dan mengapa terjadi sesuatu (strukturalisme) tetapi juga mengapa dan untuk apa (fungsi) suatu tingkah laku tersebut terjadi. Fungsionalisme lebih menekankan pada aksi dari gejala psikis dan jiwa seseorang yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan dan berfungsi untuk penyesuaian diri terhadap lingkungan sekitar dan sosial.

Ciri - ciri Fungsionalisme
Aliran fungsionalisme memiliki beberapa ciri khas, yaitu :
1.        Menekankan pada fungsi mental dibandingkan dengan elemen-elemen metal.
2.        Fungsi-fungsi psikologis adalah adaptasi terhadap lingkungan sebagaimana adaptasi biologis Darwin. Kemampuan individu untuk berubah sesuai tuntutan dalam hubungannya dengan lingkungan adalah sesuatu yang terpenting.
3.        Sangat memandang penting aspek terapan atau fungsi dari psikologi itu sendiri bagi berbagai bidang dan kelompok manusia.
4.        Aktivitas mental tidak dapat dipisahkan dari aktivitas fisik, maka stimulus dan respons adalah suatu kesatuan.
5.        Psikologi sangat berkaitan dengan biologi dan merupakan cabang yang berkembang dari biologi. Maka pemahaman tentang anatomi dan fungsi fisiologis akan sangat membantu pemahaman tentang fungsi mental.
6.        Menerima berbagai metode dalam mempelajari aktivitas mental manusia, meskipun sebagian besar riset dilakukan di Univ. Chicago (pusat perkembangn fungsionalisme) menggunakn metode eksperimen, pada dasarnya aliran fungsionalisme tidak berpegang pada satu metode inti. Metode yang digunnakan sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi.
Metode – metode dalam Fungsionalisme
Aliran ini mempelajari fungsi dan tingkah laku atau proses mental, bukan hanya mempelajari struktural. Metode yang dipakai oleh aliran fungsionalisme dikenal sebagai metode observasi tingkah laku dan instropeksi .
1.        Metode observasi tingkah laku terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
a.       Metode Fisiologis
Menguraikan tingkah laku dari sudut pandang anatomi dan ilmu faal. Jadi, mempelajari perilaku yang dikaitkan dengan organ-organ tubuh dan sistem sarafnya.

b.      Metode Variasi Kondisi
Tidak semua tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan anatomi dan fisiologi, karena manusia mempunyai sudut psikologis. Metode variasi kondisi inilah yang merupakan metode eksperimen dari aliran fungsionalisme.
2.        Metode Instrospeksi
Stimulus berasal dari lingkungan secara alamiah, bisa pada banyak bagian sekaligus sehingga jiwa menunjukkan fungsinya. Metode ini terlalu bersifat subjektif sehingga sulit di sistematikan dan sulit dikuantitatifkan.
D.      Aliran Psikhoanalisis
Tokoh aliran ini adalah seorang Jerman Sigmund Freud yang berpendapat bahwa kehidupan manusia dipengaruhi oleh alam ketidaksadaran. Tujuan dari psikoanalisis dari Freud adalah membawa ketingkat kesadaran mengenai ingatan atau pikiran-pikiran yang direpres atau ditekan, yang diasumsikan sebagai sumber perilaku yang tidak normal dari pasien. Menurut Freud dalam kehidupan sehari-hari baik orang yang normal maupun orang yang neurotic keadaan tidak sadar (unconscious ideas) bergelut untuk mengekspresikan dan dapat memotivasi pemikiran ataupun perilaku.
Psikoanalisis merupakan psikologi sebagai suatu ilmu. Akan tetapi untuk kepentingan pengobatan, Freud mengatakan psikoanalisis ini boleh disebut sebagai suatu cara atau penyembuhan. Ciri-ciri aliran psikoanalisis:
1.        Proses kejiwaan meliputi proses kesadaran dan proses ketidaksadaran.
2.        Menganut prinsip “psychic determinism” yang berarti bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam pikiran seseorang, tidaklah terjadi secara kebetulan, melainkan karena peristiwa kejiwaan yang mendahuluinya. Peristiwa kejiwaan yang satu berkaitan dengan peristiwa lainnya, dan menimbulkan hubungan sebab-akibat.
3.        Proses-proses mental yang tidak disadari berfungsi lebih banyak dan lebih penting dalam kondisi mental baik normal maupun abnormal.

Perbedaan aliran Psikoanalisa, Humanistik, dan Behavior:
1.        Aliran Psikoanalisa: mengabaikan potensi-potensi , melihat dari sisi negative individu, alam bawah sadar, mimpi, dan masa lalu.
2.        Aliran Behaviorisme: mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, manusia diperlakukan sebagai mesin yang artinya manusia sebagai satu siste kompleks yang bertingkah laku menurut cara yang sesuai hukum.
3.        Aliran Humanistik: tidak mengabaikan potensi-potensi yang ada pada diri manusia, percaya pada kodrat individu, artinya individu pasti dapat dan harus mengatasi masa lampau atau Psikoanalis, secara kodrat biologis dan lingkungan.

E.       Aliran Behaviorisme
Menurut John Watson bahwa pengalaman sadar merupakan bagian dari psikologi. Hampir semua perilaku merupakan hasil dari pengkondisian. Perilaku berasal dari stimulus dan berakhir dengan respon.
Behaviorisme adalah aliran psikologi yang mempelajari tingkah laku yang nyata, terbuka dan dapat diukur secara objektif. Pada awal kemunculannya para ahli lebih banyak mengadakan penelitian dengan hewan sebagai objeknya.
Seiring dengan aliran behavoirisme adalah aliran pragmatism. Pragmatisme pertama kali dikemukakan oleh Charles S. Peirce (1878) yang berasal dari bahasa yunani pragma berarti perbuatan. Dalam teori pragmatisme menekankan antara berfikir dan berbuat, yang terkait dengan manusia dan dihubungkan dengan kebenaran. Pragmatism pada dasarnya merupakan teori tentang kebenaran dan merupakan metode berfikir.
Penyelidikan behaviorisme dilakukan dengan penyelidikan hewan dan timbul dari ilmu jiwa hewan. Dimana penyelidikan tersebut dilakukan dengan sangat objektif. Hewan yang dipakai antara lain anjing dan simpanse. Metode yang dipakai adalah pembiasaan. Kelemahan dari penyelidikan melalui media hewan adalah perilaku yang bersifat mekanistik. Menurut behaviorisme manusia merupakan mesin reaksi, dan pendidikan berhubungan dengan reflek. Pelajaran yang dapat dipetik dari teori behaviorisme dalam dunia pendidikan atau perkembangan anak, antara lain teori hukuman dan hadiah, serta stimulus dan respon.
Karakteristik teori ini antara lain :
·           Perilaku merupakan objek penyelidikan psikologis.
·           Tidak dapat menerima jiwa, jiwa tidak dapat mengemudikan kehidupan dan perilaku manusia.
·           Ketika anak lahir, belum memiliki bakat, warisan rohani, kecakapan yang dibawakan dalam perjalanan waktu dipengarui oleh behaviorisme dalam praktik pendidikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar